Tuesday, June 26, 2007

Bukannya Lupa Berkokok


Ayam yang terlelap dalam tidurnya
Seketika terhentak bangun
Hiruk-pikuk hendak terbang
Namun tak tahu kemana hendak mengepak sayap.
Makhluk pagi yang masih bermimpi
Walau tak ingin,
Harus dan harus melekkan matanya.
Terhentak oleh bidikan ketapel,
Ia berlari mencari perlindungan.

Bidikan itu cuman sesaat
Namun pohon tempat ia bertengker
Terguncang dan tumbang,
Berserakan tak beraturan.

Di atas tanah, di antara dedaunan dan ranting-ranting
ia tergeletak, tercabik-cabik tak berdaya, namun masih bernafas.
Dibalik reruntuhan, Ia mencoba mengais-ngais
Mengumpulkan tenaga untuk terbang lagi.

Tak percaya akan pandangan matanya,
Ia mencoba mengepakkan sayapnya
Menggunakan sisa kekuatannya
Untuk terbang ke angkasa

Bukannya lupa berkokok
Namun bidikan dahsyat itu
Telah mengubah cirinya.
Alunan suaranya yang merdu di pagi buta,
Kini serupa isak tangis histeris.

Bukan saja kandang kesayangannya
Bukan saja sahabat-sahabat dekatnya
Bukan saja anak-anak kecintaannya
Namun semua, segala yang ia punya
Hanyut, lenyap tertelan badai.
Bulu sayapnya satu persatu
Terlepas meninggalkan tubuhnya
Parasnya yang gagah kini memilukan
Kedua sayapnya yang dulu kekar
Kini tak terandalkan lagi.

Yogyakarta, 27 Mei 2006

Wednesday, June 20, 2007

Mama

oleh
Maxi,Vita,Pat,Deli,Uris,Rita dan Densi Un Bria

Ketika memandang potretmu
Sejuta kenangan manis kembali mengalir
Lalu bersama Khalil Gibran berujarlah kami:
“Ibu adalah segala-galanya”.

Mama, ketika kami sedih; engkau datang menghibur
Ketika kami lelah, engkau datang menguatkan
dan ketika kami kehilangan asa,engkau datang memberi.

Engkau tumpuan harapan kami dalam derita
dan engkau kuatkan kami dalam kelelahan.
Engkau sumber cinta kasih, belas kasih dan ampunan.

Terima kasih Mama,
kami bangga dan bahagia menyapamu Mama.
Bahkan Dellyanipun telah merasakan belaian kasihmu.
Meski ia telah pergi dari sisi kita untuk selamanya.

Mama, kasihmu mahal harganya,
Kami tak sanggup membalasnya.
Semoga kasih yang telah Mamagandakan itu
Memberi kebahagiaan kini dan kelak.

Manlea, Medio Februari 1992.




Saturday, June 16, 2007

Wanita Pahlawan Cinta

Dari balik perbukitan hijau
Mengalirlah air sungai yang tenang
Kejernihan warnanya memikat mata memandang
Menggerakkan tangan menimba
Kesejukan rasanya memuaskan insan dahaga.
Laksana aliran sungai tenang
Engkau tampil penuh lembut, hai Wanita
Ketulusan cintamu memberi pelabuhan yang nyaman
Bagi insan pengembara pencari cinta
Kebeningan dan kelembutan hatimu melunakkan hati batu
Kebesaran jiwamu memberi gairah baru
Bagi mereka yang lelah melangkah
Ayun langkah kakimu yang kokoh
Menyelusuri lorong-lorong kehidupan
Mencari yang tersesat

Wanita, kehadiran dan perilakumu telah bersaksi
Tentang juang pahlawan tak kenal lelah
Tentang memberi tanpa pamrih
Tentang mengasihi tanpa menghitung jasa
Nama dan jasamu telah terpatri
Dalam diri semua yang terlahir karena adamu
Bahwa engkau sesungguhnya
Adalah pahlawan pejuang hidup

Pahlawan hidup melangkah maju seiring waktu
Tuk berbagi hidup, berbagi kasih
Terkadang ada resah menghadang jalan
Tapi ada harapan yang tak bakal pupus
Karena engkau figur pejuang
Dan berkat bakal kau bagi
Karena Pahlawan Sejati Utama
Terus hidup dan berkarya dalam dirimu

Halilulik; 7 November 1998


Let the Light Shines

By
Yohanes Manhitu&Yovita Un Bria

The day will come
And you will realize
That life is just a point
Where you stop to drink.

Yes it might be right,yet...
It has to be lived through.
When it ends,
The time is unpredicted.

So as the stars live life
Allow them to be bright.
Let them shine
For the living earth
Needs the very light

In darkness of earth
You’re the torch
Bringing light
To life everlasting.

When the moon
And the stars sleep
Tell me what one does
To help souls see light?

No need to worry about the light
For it always shines there
in the depth of the souls
Flaming brightly forever
.

Jogyakarta; March 2,2007

The Dove's Trip

The trip is made
Doves,
Sitting on the fast running horse
Travel the road long

Loughter flows
Smiles unhidden
Joy and happines meet
On the back of the horse

Doves; though different,
They have something in common
Traveling the road of life
And journying it togerther in harmony
For never ending happiness
.


Jogyakarta March 13,2007
By Yovita Un Bria

Friday, June 15, 2007

Satu Kata Saja

Seulas senyum tulus di wajah,
Sederet kata terucap di bibir,
Sebuah ekspresi gerak tubuh,
mengandung arti,
menyampaikan pesan
Yang Anda, dia, saya, kita dan mereka
Sepakati bahwa itu
KOMUNIKASI.

Yogyakarta, 20 Mei 2007
Hari Komunikasi Sedunia


ONLY A WORD

A smile in the face
Word spoken from the mouth
An expression of the body
Has meaning
Conveys message
That You, H e,She, Me,They and We
are agree that
it Is
COMMUNICATION.

Jogyakarta, May 20,2007 ( 06.30 )
World Communication Day

Tuesday, June 12, 2007

The Rose to Embrace

By. Yovita Un Bria

Far beyond the destiny
I search
To the deepest level of the sea
I dive
Through the never ending road
I walk
Up to the mountain top
I climb

But
It is so exhausted to move on.
ROSE!,
rose !,
roses!
Embrace me if You dare.

Jogyakarta; April 4 2007

SI GARUDA YANG MALANG


Karya Yovita Un Bria

Garuda sang burung tersohor,
Seiring munculnya mentari pagi,
Terbang laju mengepak-ngepakkan kedua sayapnya
Menjelajahi langit tak berujung

Tak kenal lelah
Ia terus melintasi angkasa
Dari utara ke selatan
Dari timur ke barat

Si pemberani berkata girang
Ah, warna langit begitu cerah
Kesempatan indah ini tak boleh kuabaikan
Namun,kemana arah tujuanku?

Oh, aku tahu.
Katanya sembari mengepak-ngepakkan sayap
Menuju ke Timur.
Yah! di sana
Ada tempat nyaman buat landasanku

Dari jauh garuda menatap hemparan rerumputan hijau,
Landasan nyaman yang ia tuju.
Kini ia siap mendara. Namun tiba-tiba,
Tubuhnya tergoncang kehilangan keseimbangan.

Ia lalu jatuh terhampar di rerumputan hijau
Badannya pecah berkeping- keping,
Sekujur tubuhnya berselimutkan asap,
Bermandikan darah and api.

Tatkala menatap nasib sang tersohor,
Makhluk pemikir yang tak percaya akan kejadian naas ini,
Menelan perih, berdesah pilu
Sembari berucap: Mengapa Garuda?
Oh garuda yang malang,
Semoga kemalangan ini
Tak menimpamu lagi di hari esok.

Yogyakarta 7 Maret 2007

DAMAI


Karya Yovita Un Bria

Damai,
Kata, rangkaian lima huruf
Mudah diucapkan bibir
pencipta melodi di telinga

Damai,
Kau kandung seribu makna
ungkapan sejuta jiwa
sang insan pencari

Damai,
Penjanji harapan
Pengundang aksi
para musafir pencintamu

Damai,
Hargamu bermiliaran rupiah
Penangkal teror berkepanjangan
Pejuangmu dielu-elukan dunia

Damai,
Dicari penghuni bayangan surga
Yang hidupi alam pertempuran,
Yang jalani lorong kebisingan

Damai,
Hanya karenamu
gelora gelombang lautan merah,
pecah penuhi angkasa, samudera dan buana

Damai, oh Damai,
Andaikan saja dirimu mudah dirangkul,
andaikan saja nilaimu dipahami,
tak bakal kau diterlantarkan

Yogyakarta, 8 April 2007

DREAM

By Yovita Un Bria

I have it in my mind.
I have it in my heart.
Though words unspoken,
they dance in my mind and my heart.

When the right time comes,
they appear to be accepted.
A wise decision is made.
Then...action takes place.

The moment comes,
the dream sprouts
showing its beastiful flowers.
And ...magnificent fruits
in the tree are ready to harvest

The tree remains still and strong
As the season are passing by.
It contributes to the earth and mankind,
rooted deeply there, in the heart,
To remaind the owner of her dream.

Jogyakarta, February 13,2007 (18:41)


Sueño

Lo tengo aquí en mi mente.
Lo tengo también en mi corazón.
Aunque las palabras son tácitas,
bailan en mi mente y en mi corazón.

Cuando viene la hora exacta,
aparecen para ser admitidas.
se toma una decisión sabia.
Luego ...la acción tiene lugar.

Liega el momento ,
el sueño brota
y demuestra sus hermos flores.
y... sus frutas magnίficas
en el árbol están listas para cosechar.

El árbol permanece quite y fuerte
mientras que pasan las estaciones.
contribuye a la tierra y a la humanidad,
muy arrigadas allí, en el corazón,
para recordar a la dueña a su sueño.

Jogyakarta,13 de febrero de 2007 ( 18:41)
Traducción al español por Yohanes Manhitu ( 17-02-2007 )



REVO

Mi havas ĝin en la menso.
Mi havas ĝin ankaŭ en la koro.
Kvankam la vortoj estas neparolataj,
ili ancas en la menso kaj en la koro.

Kiam venas ekzakta horo,
ili aperas por esti akceptataj.
Saĝan decidon estas farita.
Tiam... akazas agado.

Venas la momento,
la revo elkreskas
montranta ĝiajn belajn florojn.
Kaj... ĝiaj belegaj frktoj
en la arbo estas pretaj por rikolti.

La arbo restas senmova kaj forta
kiel la zesonoj estas patansaj.
Ği konribuas al la tero kaj al la homaro,
enradikas profunde tie, en la koro,
por memorigi la proprietulinon de ŝia revo.

Jogyakarta,13-II-2007
Esperantigo: Yohanes Manhitu ( 17/II/2007)



RÊVE


Par Yovita Un Bria

Je l’ai ici dans mon esprit
Je l’ai aussi à mon coeur.
Bien que les mots soient inexprimés,
ils dansent dans mon espirit et à mon coeur.

Quand le bon moment vient,
ils apparaissent d’être acceptés.
Une décision sage est prise.
Alors...l’action a lieu.

Le moment arrive,
Le rêve pousse
et montre ses belles fleurs.
Et...ses fruits magnifiques
dans l’arbre sont prêts á récolter.

L’arbre reste toujours et fort
pendant que les saisons passent.
Il contribue à la terre et à l’humanité,
bien enraciné là, au coeur,
pour rappeler la propriétaire son rêve.

Jogyakarta, le 13 février 2007 (18: 41)
Traduction en français par Yohanes Manhitu (17-02-2007)


MEHI

Ha'u soi nia iha ha'u-nia neon.
Ha'u soi nia iha ha'u-nia laran.
Maski liafuan sira la dehan-sai,
Sira dansa iha ha'u-nia neon no laran.

Bainhira tempu loos to’o mai,
sira hatudu an hodi naksimu.
Dezisaun ida hakalo.
Depois...asaun akontese.

Momentu to’o mai,
mehi nadikin
hatudu ninia ai-funan furak sira.
No... ninia fuan boboot sira
iha ai leten prontu ona atu ku’u.

Ai ida ne'e hela nonook no biit
bainhira udan no manas liu
Nia fó ba raiklaran no ema-moris,
abut naruk iha-ne'bá, iha laran,
hodi fó-hanoin na'in kona-ba ninia mehi.

Jogyakarta, loron 13 fevereiru 2007
Tradusaun ba tetun hosi Yohanes Manhitu ( 17-02 2007)



MNEA

Aruanta: Yovita Un Bria.

A mui an a roenka
A mui an a nanka.
Rasi katateka, be...
Sin biur nabar a roenka nok a nanka.

Tea oras mriana neam,
sin natúrok han siam sin.
Na feak rasi,
In man moe natuina.

Oarsa neamen,
mnea natuan.
Napoin in hausufu mriana,
nok in haufua amianta,
nabar háua ha sa seu.

Háua moen namnaun man mataen
sa mansa nok uarna nbór,
in fe na paha nok na atoen pahatnána,
na΄bá fin, nabar nanka,
Ha namnaut in tuana na in mnea.

Jogyakarta, neon boeas teunin,funan nuain,2007.

This poem is written in the Kusa-Manlea dialect of the Dawan language.